Bahasa adalah kemampuan menggunakan tanda ucap atau gerakan oleh manusia untuk mengadakan komunikasi dengan sesamanya.

Tentang bahasa-bahasa Barat sunting

  • "Bahasa-bahasa Barat adalah perwujudan logika, dan logika adalah proses. Jadi jika kita menghaluskan proses lewat penggunaan kata-kata yang semakin meluas, kita bisa menangkapnya secara lebih dekat pada kebenaran."
    • Dikemukakan oleh Kurita Isamu.
    • Dikutip dari Japan Center for International Exchange, ed. (Januari 1981) Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang [The Silent Power: Japan's Identity and World Role] Diterjemahkan oleh Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Timur: Penerbit Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia. Halaman 26.

Tentang pemakaian sunting

  • "Ilmu pengetahuan palsu dan agama palsu mengekspresikan dogma dalam bahasa yang dibuat sangat tinggi untuk membuat orang sederhana mengira hal itu misterius, penting dan menarik. Namun, bahasa misterius ini bukanlah tanda kebijaksanaan. Semakin bijaksana seseorang, semakin sederhana bahasa yang digunakannya untuk mengungkapkan pikirannya."
  • "Mungkin saja terdapat genius di antara para gorila, tetapi karena mereka tidak mempunyai bahasa maka buah pikiran dan penemuan genius itu tidak tercatat dan menghilang begitu saja."
    • Dikemukakan oleh Aldous Huxley.
    • Sumber: Suriasumantri, Jujun S. (1996) Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm. 173.

Tentang peran sunting

  • "Batas bahasaku adalah batas duniaku."
    • Dikemukakan oleh Ludwig Wittgenstein.
    • Teks asli: "Die grenzen meiner sprache bedeuten die grenzen meiner welt."
    • Sumber: Suriasumantri, Jujun S. (1996) Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm. 171.
  • "Tanpa bahasa, manusia tidak berbeda dengan anjing atau monyet."
    • Dikemukakan oleh Aldous Huxley.
    • Sumber: Suriasumantri, Jujun S. (1996) Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm. 171.

Tentang kedudukan sunting

  • "Bahasa berhenti di belakang intuisi."
    • Dikemukakan oleh Alfred North Whitehead.
    • Sumber: Suriasumantri, Jujun S. (1996) Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm. 187.