Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie adalah seorang penulis Indonesia. Ia merupakan pemenang utama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2016 lewat karyanya yang berjudul Semua Ikan di Langit. Di tahun sebelumnya, lewat karyanya yang berjudul Di Tanah Lada, ia juga berhasil meraih juara dua Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta.
Kutipan
suntingDi Tanah Lada
sunting- "Bacalah banyak buku tanpa mengerti artinya. Bermainlah tanpa takut sakit. Tonton televisi tanpa takut jadi bodoh. Bermanja-manjalah tanpa takut dibenci. Makanlah tanpa takut gendut. Percayalah tanpa takut kecewa. Sayangilah orang tanpa takut dikhianati. Hanya sekarang kamu bisa mendapatkan semua itu. Rugi, kalau kamu tidak memanfaatkan saat-saat ini untuk hidup tanpa rasa takut."
- “Yang lebih penting dari bertutur kata baik adalah bertutur kata dengan tepat.”
- “Tidak ada yang bisa tahu apa yang kamu rasakan - sayang atau tidak - kalau kamu tidak mengatakan, atau menunjukkannya dengan benar.”
- “Tapi mereka tidak mengerti. Jadi, aku menangis. Aku menangis karena orang dewasa tidak mengerti kalau aku juga punya kepentingan. Kalau aku juga punya sesuatu yang ingin kuselamatkan. Aku menangis karena orang dewasa tidak mengerti apa-apa.”
Semua Ikan di Langit
sunting- “Tapi, rindu itu tidak bisa disuruh-suruh. Kalau sudah datang, dia maunya malas-malasan saja, sampai bosan sendiri dan pergi sendiri.”
- “Yah, begitulah orang zaman sekarang. Kalau tidak percaya pada hal yang sama dengan mereka, kau setan. Tidak boleh berpikir sama sekali, sepertinya. Saya rasa, mereka rasa, berpikir itu kerjaannya setan! Padahal kita kan disuruh sering-sering berpikir, benar tidak?”
- “Ah, manusia memang kebanyakan kaget, itu karena mereka punya terlalu banyak perkiraan. Jadi, kalau perkiraannya salah, kagetlah mereka.”
- “Menyayangi itu adalah kegiatan yang menakutkan.”
- “Itu yang seharusnya dilakukan orang kalau ia berutang budi: mencari cara untuk membayar utangnya; bahkan meskipun utang itu tidak pernah, dan tidak akan pernah, ditagih.”
- “Tidak apa-apa; semua orang, bahkan yang paling pintar dan paling hebat sekalipun, bisa melupakan sesuatu. Dan, kalau ini adalah kali pertamanya melupakan sesuatu; selalu ada kali pertama untuk segala hal.”
Jakarta Sebelum Pagi
sunting- “Kadang-kadang, orang membaca buku supaya dikira pintar. Lalu mereka membaca buku sastra terkenal, buku yang mendapat penghargaan. Dan, meskipun mereka ngga menyukainya, mereka bilang sebaliknya karena ingin dianggap bisa memahami sastrawan kelas atas. Ini adalah hal bodoh. Jangan pernah membaca karena ingin dianggap pintar; bacalah karena kamu mau membaca, dan dengan sendirinya kamu akan jadi pintar.”
- “Tiap orang, sebagaimanpun kita mengenalnya, selalu jauh lebih dalam dari yang kita pikir.”
- “Tapi, yang lebih menakutkan dari apapun yang pernah kita takutkan adalah kalau kita terus-terusan merasa takut.”
- “Tumbuh dewasa rasanya seperti itu. Waktu masih kecil, semua orang perhatian. Tapi, begitu dewasa, sedikit demi sedikit, kamu hilang dari pandangan.”
- “Hari ini, di pemakaman, ada orang yang dikubur, dan ada orang yang mengubur. Namun sepertinya, kematian mengambil keduanya —satu orang mati dan satu orang hidup. Bukan sepenuhnya salah kematian, kurasa. Kematian hanya mengambil satu dari mereka. Masalahnya, yang ditinggal masih berusaha mengejarnya, berharap kematian mau mengembalikan apa yang ia ambil.”
- “Tumbuh dewasa rasanya seperti itu. Waktu masih kecil, semua orang perhatian. Tapi, begitu dewasa, sedikit demi sedikit, kamu hilang dari pandangan. Makannya, orang dewasa pakai make-up, berdandan rapi, pakai baju bagus ... Karena kalau ngga, ngga akan ada yang melihat mereka. Penampilan, bagi orang dewasa, itu seperti baju untuk manusia transparan —membuat orang sadar kalau mereka ada. Karena biasanya, di dunia orang dewasa, orang-orang ngga punya cukup perhatian untuk menunggu kamu bicara dan bilang kalau kamu ada.”
- “Dan kau telah menjadi begitu mirip dengan dunia itu sendiri; karena keberadaanmu begitu baik, sementara ketidakpedulianmu begitu kejam. Namun, saya memilih untuk menerima apa yang diberikan dunia ini kepada saya; yaitu kau, dan kemampuanmu menghancurkan hati saya - sedikit demi sedikit dan setiap waktu.”
- “Bukannya menemukan orang yang bersedia menghabiskan waktu untuk mendengarkan kamu itu lebih penting daripada memaksakan diri untuk dilihat orang yang bahkan nggak peduli?”