Siddhartha Gautama
Filsuf India dan pendiri Buddhisme (623 atau 563 SM – 543 atau 483 SM)
Siddhartha Gautama (563 SM–483 SM) adalah pengasas agama Buddha.
Tentang dirinya sendiri
sunting- ''Aku sendiri yang mendapatkan pengetahuan, akan kukatakan pengikut siapakah aku ini? Aku tidak mempunyai guru, akulah guru yang tidak ada bandingannya.''
- Sumber kutipan: Khairiah. 2018. Agama Budha. Sleman: Kalimedia. Hlm. 1. ISBN: ISBN: 978-602-6827-86-9
Tentang kesalahan
sunting- "Orang budiman selalu memikirkan apa yang salah pada dirinya, bukan apa yang salah pada orang lain."
- Dikutip dari: Yudowidoko, Didik Wahadi. (2004) Primakata Mutiara Cerdik Cendikia. DIsunting oleh Din Muhyidin. Jakarta: Penerbit Abdi Pertiwi. Halaman 243.
Tentang kehendak
sunting- “Para biksu, kehendaklah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”
- Sumber kutipan: Khairiah. 2018. Agama Budha. Sleman: Kalimedia. Hlm. 46. ISBN: ISBN: 978-602-6827-86-9
Tentang perbuatan
sunting- “Sesuai dengan benih yang ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah daripadanya”
- Sumber kutipan: Khairiah. 2018. Agama Budha. Sleman: Kalimedia. Hlm. 47. ISBN: ISBN: 978-602-6827-86-9
Tentang kebebasan
sunting- “Ketahuilah para biksu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para biksu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para biksu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.”
- Sumber kutipan: Khairiah. 2018. Agama Budha. Sleman: Kalimedia. Hlm. 49. ISBN: ISBN: 978-602-6827-86-9
Tentang pernikahan
sunting- "Manusia membayangkan kebahagian dalam ikatan perkawinan yang mempersatukan dua hati yang saling mencintai. Tetapi kematian akan memisahkan suami dari istrinya, istri dari suaminya. Ada kebahagiaan yang lebih besar, yaitu menikahkan diri dalam kebenaran. Kematian tidak akan menjamah dia yang kawin dan hidup dalam ikatan suci dengan kebenaran, karena kebenaran itu abadi."
- Sumber kutipan: Khairiah. 2018. Agama Budha. Sleman: Kalimedia. Hlm. 102. ISBN: ISBN: 978-602-6827-86-9
- “Perumah-tangga, apabila pria dan wanita menginginkan agar berjodoh satu dengan yang lainnya dalam kehidupan ini, maupun dalam kehidupan mendatang.”
- Sumber kutipan: Khairiah. 2018. Agama Budha. Sleman: Kalimedia. Hlm. 103. ISBN: ISBN: 978-602-6827-86-9
- “Suami istri, keduanya harus memiliki kehidupan yang sebanding dalam keyakinan, moral, kemurahan hati dan kebijaksanaan. Maka mereka akan selalu bersama dalam kehidupan sekarang ini, maupun kehidupan selanjutnya.”
- Sumber kutipan: Khairiah. 2018. Agama Budha. Sleman: Kalimedia. Hlm. 103. ISBN: ISBN: 978-602-6827-86-9
Tentang kebaikan
sunting- "Janganlah meremehkan kebaikan (dengan berpikir), ‘Kebaikan sedikit akan tidak berakibat.’ Belanga pun akan penuh dengan tetes demi tetes air. Demikianlah, orang bijak dipenuhi kebaikan yang ia timbun."
- Dikutip dari Mahâthera, Dhammadhîro (2005) Pustaka Dhammapada Pāli - Indonesia. Tangerang Selatan: Saõgha Theravâda Indonesia. Halaman 55. ISBN 978-979-99812-7-1
Tentang ambisi
sunting- "Ambisi itu layaknya cinta, tak sabar pada keterlambatan dan tak menyukai pesaing."
- Dikutip dari: Yudowidoko, Didik Wahadi. (2004) Primakata Mutiara Cerdik Cendikia. DIsunting oleh Din Muhyidin. Jakarta: Penerbit Abdi Pertiwi. Halaman 26.
Tentang kebencian
sunting- "Kebencian tak dapat dihapus dengan rasa benci, karena kebencian hanya akan hilang oleh rasa cinta kasih."
- Dikutip dari: Yudowidoko, Didik Wahadi. (2004) Primakata Mutiara Cerdik Cendikia. DIsunting oleh Din Muhyidin. Jakarta: Penerbit Abdi Pertiwi. Halaman 26.
Komentar tentang dirinya
sunting- "Saya harus menciptakan lingkungan bacaan bagi diri sendiri: Epictetus, Marcus Aurelius, Laozi, Buddha, Pascal, Perjanjian Baru. Ini juga berfaedah bagi semua orang."
- Dikemukakan oleh Leo Tolstoy pada 15 Maret 1884 dalam buku hariannya.
- Dikutip dari Tolstoy, Leo (2010) Kalender Kata-Kata Bijak: Sumber Inspirasi Harian yang Tak Lekang Zaman [A Calendar of Wisdom] Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Ratu Fortunata Rahmi Puspahadi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman IX. ISBN 978-979-22-6545-3.
Tanpa sumber kutipan
sunting“ | Apa yang kita fikirkan, kita menjadi. | ” |
“ | Jangan tinggal di masa lalu, jangan impikan masa depan, tumpukan fikiran pada saat ini. | ” |
“ | Setiap manusia adalah pengarang kesihatan atau penyakitnya sendiri. | ” |
“ | Jika masalah itu dapat diselesaikan mengapa bimbang? Sekiranya masalah itu tidak dapat diselesaikan membimbangkan akan membuat anda tidak baik. | ” |
“ | Fikiran yang berdisiplin membawa kebahagiaan. | ” |
“ | Lebih baik untuk menakluk diri daripada memenangi seribu pertempuran. Kemudian kemenangan itu menjadi milikmu. Ia tidak boleh diambil dari kamu. | ” |
“ | Tiada siapa yang menyelamatkan kita tetapi diri kita sendiri. Tiada siapa yang boleh dan tidak ada yang boleh. Kita sendiri mesti berjalan di jalan. | ” |
Pranala luar
suntingWikipedia memiliki artikel ensiklopedia mengenai:
Tokoh |
---|
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z |