Olenka merupakan novel pertama karya Budi Darma. Novel ini terbit pertama kali pada tahun 1983 dan telah meraih banyak penghargaan seperti Sayembara Dewan Kesenian Jakarta dan juga SEA Write Award. Novel Olenka ini mengisahkan petualangan pikiran dan jasmani dari seorang tokoh bernama Fanton Drummond. Pria yang terobsesi dengan Olenka, yakni seniman perempuan yang menyerupai hantu.

Kutipan Novel Olenka

sunting
  • “Seluruh hidup saya adalah serangkaian proses memikir.”
  • “Menurut Olenka, Wayne mempunyai jiwa bagaikan pengemis dikasih kesempatan tidur di ranjang empuk, kalau dibiarkan dia tidak berani apa-apa, kalau digebrak dia lari ketakutan, dan kalau dikasih hati menjadi kurang ajar dan semena-mena.”
  • “Hidupnya bukan hanya menunda kekalahan, tetapi juga kehancuran, sebelum akhirnya dia menyerah.”
  • “Ketergantungannya bukannya sebagai anak terhadap ayah atau binatang terhadap pawang, tetapi anak buta terhadap tongkatnya.”
  • “Tiba-tiba sekarang saya merasa, atau menyadari, atau mengakui, bahwa hati nurani tidak cukup. Ada sesuatu yang lebih tinggi, agung, dan murni. Saya tidak tahu di mana letaknya yang saya cari. Akan tetapi, lebih mudah bagi saya mencarinya dengan jalan berlutut dan menengadah. Inilah gerak refleks saya dalam menyerahkan diri, memohon pengampunan, dan memohon pertolongan. Saya merasa kecil, tidak berarti, dan tidak berdaya.”
  • “Entah mengapa, saya merasa yang saya lakukan masih kurang. Saya ingin pasrah dan menyerahkan diri, tetapi saya merasa ada sesuatu dalam diri saya yang belum siap untuk saya ajak. Rasanya berlutut dan menengadah belum cukup. Terdorong oleh keinginan untuk menunjukkan kekecilan saya, untuk pasrah dan menyerahkan diri, setelah berlutut saya membongkok dan menempelkan kening saya di rerumputan. Ada perasaan segar menyelinap di lubuk hati saya. Meskipun demikian ada juga perasaan serbasalah. Ada sesuatu yang rasanya kurang mengena. Bagaikan mengemudikan mobil, saya tidak dapat memadukan kerja sama antara gas dan kopling pada waktu memindah persneling. Dengan demikian, ada juga perasaan menyendal-nyendal dalam lubuk hati saya. Andaikata mobil saya terus begini, salah-salah gigi-gigi mesin saya bisa rompal dan rontok.”
  • “Saya tidak pernah merasakan perlunya bertanggung jawab. Sekali saya mempunyai istri dan anak nanti, saya akan sadar bahwa tindakan saya selalu membawa pengaruh terhadap mereka dan inilah yang akan menggembleng saya untuk tidak menuruti hawa nafsu sendiri.”
  • “Melalui dia saya menjadi binatang, tetapi juga melalui dia saya tidak menjadi binatang lagi.”
  • “Perjalanan saya seperti gerak mobil di jalan raya, ada lampu merah saya berhenti, ada lampu hijau saya berjalan, dan pada waktu mendekati penyeberangan saya mengurangi kecepatan.”
  • “Hanya setelah saya melibatkan emosi dalam hubungan saya dengan Olenka, saya mulai menyadari adanya keinginan untuk menyambung keturunan, menengok kembali masa anak-anak saya, dan melihat kekosongan masa lalu saya.”
  • “Saya merasa bahwa saya hanyalah sebuah gejala. Tanpa yang lain saya tidak mempunyai arti, tidak mempunyai fungsi, dan tidak ada.”
  • “Mungkin saya tidak akan berhasil. Meskipun demikian, saya mempunyai kesempatan untuk mempraktikkan kebebasan saya menentukan pilihan.”
  • “Mirip benar masa anak-anak saya dengan lalu lintas di jalan raya; semua diikat oleh kaidah formal, serba teratur, dan tanpa ikatan emosi.”
  • “Alam cukup peka untuk menangkap geletar seseorang yang dirundung cinta dan tidak bisu.”
  • “Saya mengharapkan gerimis mempercepat kelam, supaya saya tenggelam dalam kegelapan.”
  • “Akan tetapi, akhirnya saya harus menemukan. Tidak mungkin keadaan menjadikan saya objek kebetulan untuk selamanya. Pada suatu hari nanti, pasti keadaan akan memberi kelonggaran kepada saya untuk menjadi subjek.”
  • “Stasiun bus mirip benar dengan dunia saya sehari-hari, berjalan ke sana ke sini, iseng, tanpa tujuan. Di luar sana, di dunia saya sehari-hari, saya juga demikian, terus mengalir, entah ke mana, entah dengan tujuan apa.”
  • “Saya tahu apa yang saya inginkan. Saya ingin capai, untuk kemudian menjadi kuat.”
  • “Saya bukannya hanya menyerobot Olenka dari Wayne, tetapi juga meneropong tubuh Wayne sebagai bahan tertawaan. Saya mencapai kepuasan dalam kedua kejahatan ini. Karena sikap saya demikian, adalah tidak mustahil apabila Olenka juga memperlakukan saya seperti memperlakukan Wayne di hadapan saya. Adalah dapat diterima akal, apabila Wayne juga mempunyai hak untuk meneropong tubuh saya dan menjadikan tubuh saya sebagai bahan ejekan.”
  • “Saya menyadari kekurangan saya, entah apa namanya. Dan untuk menutup apa yang tidak saya ketahui, saya hidup seenaknya.”
  • “Saya sering memusuhi diri saya sendiri, dan apabila permusuhan ini terjadi, saya berusaha untuk melesat keluar dari diri saya sendiri. Dalam keadaan demikian saya ingin memperlakukan diri saya sendiri sebagai objek pengamatan diri saya sendiri.”
  • “Siapapun tidak dapat menilai sesuatu tanpa terlibat dan mengalami sendiri.”
  • “Setiap pengalaman hanya menambah nafsu untuk menambah pengalaman lain.”
  • “Saya senang masih bisa bermimpi. Kalau saya tidak dapat bermimpi, artinya hidup saya sudah sama sekali kering.”