Peribahasa Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cahyo (WMID) (bicara | kontrib)
Cahyo (WMID) (bicara | kontrib)
Baris 553:
** Maksud: Kue ''sasagun''. Pada zaman dahulu, memasang ''laung'' (tutup kepala) di kepala harus kuat agar tak mudah lepas. Jika kepala menengadah ke atas, ''laung'' tersebut harus disangga dengan tangan agar tidak terjatuh. Kue ''sasagun'' terbuat dari bahan parutan kelapa dicampur gula dan dimasak dengan cara dikeringkan (digoreng). Memakannya harus dengan bertengadah. Karena itu, pada waktu memakannya, ''laung'' harus disangga agar tidak terjatuh.
* ''Wadai tupi waja.''
** Terjemahan: Kue topi baja.
** Maksud: Kue seperti topi baja. Pada Perang Dunia II, di Kalimantan Selatan banyak kedatangan serdadu Australia, Belanda, dan Jepang. Para serdadu tersebut memakai perlengkapan perang yang disebut topi baja yang berbentuk bulat pada bagian atas dan berbentuk lebar pada bagian bawahnya. Ketika orang Banjar membuat sejenis kue dari tepung dan gula merah yang keaadaannya seperti topi baja tersebut, maka dinamakan ''wadai tupi waja''.
** Maksud:
* ''Waja sampai ka puting.''
** Terjemahan: Baja sampai ke ujung.
** Maksud: Perjuangan yang tidak berhenti hingga tetes darah penghabisan. Masyarakat Banjar puak Negara mempunyai keahlian membuat perkakas rumah tangga seperti parang, pisau, cangkul dari besi. Parang atau pisau tersebut yang bahannya dari baja mutunya lebih baik dan terbuat dari baja keseluruhannya dari pangkal sampai ke ujung. Peribahasa ini dijadikan oleh Pangeran Antasari dan rakyat Kalsel sebagai motto perjuangannya melawan penjajah pada saat Perang Banjar yaitu ''haram manyarah lawan Walanda, waja sampai ka puting'' yang bermakna pantang menyerah melawan Belanda. Peribahasa ini juga menjadi motto Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Balikpapan, dan Kodam VI Mulawarman.
** Maksud:
* ''Wajik tu, baiwak la ngul.!''
** Terjemahan: Wajik itu lauknya, bodoh!
** Maksud: Hidangan makan yang telah disuguhkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ungkapan ini berasal dari seorang suami yang menghadiri selamatan di rumah tetangga, sambil mengharapkan disuguhi makan besar yaitu nasi dengan lauk pauknya. Biasanya setiap selamatan di kampung pasti disuguhi nasi dengan lauk pauknya. Ketika akan berangkat sang suami sempat berkata kepada istrinya bahwa istrinya makan sendiri saja karena dia akan makan di tempat orang selamatan saja, sebab makanannya pasti lebih enak daripada makanan yang ada di rumah. Tetapi yang terjadi ternyata yang disuguhkan tuan rumah hanyalah kue ''wajik'' yaitu sejenis kue yang terbuat dari ketan dan gula merah. Sesampainya di rumah si istri langsung bertanya," Apa lauknya?", dengan perasaan jengkel sang suami menjawab, "''Wajik tu baiwak la ngul!''". Sampai sekarang, orang Banjar apabila melihat suguhan kue wajik akan nyeletuk, "''Wajik tu baiwak la ngul!''"
** Maksud:
* ''Waluh bajarang.''
** Terjemahan: Labu direbus.
** Maksud: Pernyataan tidak senang dan ungkapan kekecewaan. Buah labu yang direbus rasanya sangat hambar, tidak enak dimakan, hampir-hampir tidak berguna. Labu rebus adalah makanan yang mengada-ada.
** Maksud:
* ''Wani manimbai wani manajuni.''
** Terjemahan: Berani melontar jala berani terjun ke air.
** Maksud: Berani melakukan sesuatu yang berisiko harus berani menanggung akibatnya. Berani berbuat berani bertanggung jawab.
** Maksud:
* ''Wastu sabutingannya.''
** Maksud: Hanya satu-satunya, tidak ada lagi yang lain. Menyatakan betapa langkanya suatu barang.
** Terjemahan:
** Maksud:
 
[[Kategori:Peribahasa|Banjar]]