Filsafat Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Matiia (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 202.62.16.98 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Bennylin
Baris 66:
*Kita lupa bahwa budaya pendidikan negara-negara maju ini bertolak dari kebudayaan mereka sendiri. Apa yang mereka ajarkan adalah pencapaian-pencapaian budaya nenek moyang mereka. Pendidikan negara-negara maju ini, dilihat secara budaya, merupakan garis lurus perjalanan cara berpikir, cara berbuat dan semua produk kegiatan itu. Sementara kita mempunyai garis sejarah budaya yang berbeda --Jakob Sumardjo, ''Mencari Sukma Indonesia'' 2003.
 
*Masyarakat Indonesia itu memiliki sejarah cara berpikir mereka sendiri, mempunyai sistem pengetahuan mereka sendiri, mempunyai warisan-warisan nilai-nilai sendiri, mempunyai organisasi sosialnya sendiri --Jakob Sumardjo, [http://adaeko.blogspot.com Eko Wahyudi]''Mencari Sukma Indonesia'' 2003.
 
*Bagi masyarakat Indonesia, filsafat bukan sekadar pengetahuan rasional, tetapi harus dibuktikan dapat dipraktikkan dalam hidup sehari-hari. Filsafat sebagai wacana kurang dilakukan, tetapi filsafat sebagai 'pegangan hidup' sejak dulu dipraktikkan. Inilah sebabnya, untuk mengetahui 'filsafat' orang Indonesia, kita perlu membacanya dalam berkas-berkas hasil tindakannya. Filsafat masyarakat Indonesia adalah praktik hidupnya sehari-hari. Filsafat Indonesia tidak berwujud diskusi-diskusi verbal yang abstrak rasional seperti biasa kita baca dalam sejarah Barat (Eropa-Amerika) --Jakob Sumardjo, ''Mencari Sukma Indonesia'' 2003.